Senin, 03 April 2017

Laporan Praktikum Pelarutan Padat Cair

06.49.00

BAB I
PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang
Pengadukan adalah suatu operasi kesatuan yang mempunyai sasaran untuk menghasilkan pergerakan tidak beraturan dalam suatu cairan, dengan alat mekanis yang terpasang pada alat di atas. Walaupun pengadukan sering disalahartikan dengan campuran, dan mereka tidaklah bersinonim. Pengadukan mengacu pada pergerakan dalam suatu material dalam bentuk spesifik; bagaimanapun, ini merupakan suatu distribusi secara acak antara dua atau lebih tahap yang pada awalnya terpisah. Pola aliran yang terjadi dalam cairan yang diaduk tergantung pada jenis pengaduk, karakteristik fluida yang diaduk dan ukuran serta perbandingan ukuran antara tangki, pengaduk dan sekat. Tujuan dari pada operasi pengadukan terutama adalah terjadinya pencampuran. Pencampuran merupakan suatu operasi yang bertujuan mengurangi ketidaksamaan komposisi, suhu atau sifat lain yang terdapat dalam suatu bahan.
Rangkaian prosedur praktikum proses pelarutan padat cair adalah sebagai berikut. Bahan yang digunakan sebagai pelarut dimasukkan ke dalam tangki / bejana dengan volume yang sudah ditentukan. Kemudian timbang zat padat yang akan dilarutkan dengan berat yang sudah ditentukan, dan masukkan ke dalam tangki yang berisi pelarut secara perlahan - lahan. Lakukan operasi pengadukan dengan putaran atau kecepatan pengaduk serta waktu pengadukan yang dibuat bervariasi. Tahap selanjutnya yaitu menyaring larutan yang sudah diaduk sehingga fase padat dapat dipisahkan dari fase cairnya. Percobaan tersebut diulangi sesuai variable yang ditentukan.
Percobaan ini mempunyai tujuan yaitu menghitung konsentrasi zat dan viskositas larutan sesuai yang didapat pada percobaan. Selain itu, tujuan lainnya adalah membuat kurva hubungan antara waktu dengan konsentrasi zat padat. Tujuan ketiga dari percobaan ini yaitu menentukan koefisien perpindahan massa padat - cair di dalam tangki berpengaduk yang digunakan sebagai data perencanaan peralatan tangki pelarutan.

I.2 Tujuan Percobaan
  •            Menghitung konsentrasi zat padat larutan pada percobaan
  •         Membuat kurva hubungan antara konsentrasi dengan berat zat padat
  •     Menentukan koefisien perpindahan massa cair dalam tangki berpengaduk yang digunakan sebagai data perencanaan peralatan tangki pelarutan


I.3 Manfaat
  •    Agar praktikan mengetahui faktor - faktor yang mempengaruhi proses    pelarutan padat –      cair
  •       Agar praktikan mampu menggunakan dan mengetahui cara kerja dari alat yang dipakai dalam percobaan ini 
  •       Agar praktikan mengetahui proses pencampuran yang terjadi selama percobaan






BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

II.1 Landasan Teori
II.1.1 Pengertian Kelarutan
Kelarutan atau solubilitas adalah kemampuan suatu zat kimia tertentu, zat terlarut (solute), untuk larut dalam suatu pelarut (solvent. Kelarutan dinyatakan dalam jumlah maksimum zat terlarut yang larut dalam suatu pelarut pada kesetimbangan. Larutan hasil disebut larutan jenuh. Zat-zat tertentu dapat larut dengan perbandingan apapun terhadap suatu pelarut. Contohnya adalah etanol di dalam air. Sifat ini lebih dalam bahasa Inggris lebih tepatnya disebut miscible.
            Pelarut umumnya merupakan suatu cairan yang dapat berupa zat murni ataupun campuran. Zat yang terlarut, dapat berupa gas, cairan lain, atau padat. Kelarutan bervariasi dari selalu larut seperti etanol dalam air, hingga sulit terlarut, seperti perak klorida dalam air. Istilah "tak larut" (insoluble) sering diterapkan pada senyawa yang sulit larut, walaupun sebenarnya hanya ada sangat sedikit kasus yang benar-benar tidak ada bahan yang terlarut. Dalam beberapa kondisi, titik kesetimbangan kelarutan dapat dilampaui untuk menghasilkan suatu larutan yang disebut lewat jenuh (supersaturated) yang metastabil.
Secara kuantitatif,kelarutan suatu zat dinyatakan sebagai suatu konsentrasi zat terlarut di dalam larutan jenuhnya pada suhu dan tekanan tertentu. Kelarutan dinyatakan dalam satuan mililiter pelarut yang dapat melarutkan satu gram zat. Misalnya 1 gr asam salisilat akan larut dalam 550 ml air. Suatu kelarutan juga dapat dinyatakan dalam satuan molalitas, molaritas dan persen. Pelepasan zat aktif dari suatu bentuk sediaannya sangat dipengaruhi oleh sifat-sifat kimia dan fisika zat tersebut serta formulasinya.


II.1.2 Faktor yang mempengaruhi kelarutan
Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi kelarutan suatu zat antara lain :
1.      Pengaruh PH
Zat aktif yang sering digunakan di dalam dunia pengobatan umumnya adalah Zat organik yang bersifat asam lemah, dimana kelarutannya sangat dipengaruhi oleh pH pelarutnya. Kelarutan asam-asam organik lemah seperti barbiturat dan sulfonamide dalam air akan bertambah dengan naiknya pH karena terbentuk garam yang mudah larut dalam air. Sedangkan basa-basa organik lemah seperti alkoholida dan anastetika lokal pada umumnya sukar larut dalam air. Bila pH larutan diturunkan dengan  penambahan asam kuat maka akan terbentuk garam yang mudah larut dalam air.
2.      Pengaruh suhu atau temperatur
Kelarutan zat padat dalam larutan ideal tergantung kepada temperatur, titik leleh zat padat dan panas peleburan molar zat tersebut. Kelarutan suatu zat padat dalam air akan semakin tinggi bila suhunya dinaikan. Adanya panas (kalor) mengakibatkan semakin renggangnya jarak antar molekul zat padat tersebut. Merenggangnya jarak antar molekul zat padat menjadikan kekuatan gaya antar molekul tersebut menjadi lemah sehingga mudah terlepas oleh gaya tarik molekul-molekul air.
3.      Pengaruh jenis pelarut
Kelarutan suatu zat sangat dipengaruhi oleh polaritas pelarut. Pelarut polar akan melarutkan lebih baik zat-zat polar dan ionik, begitu pula sebaliknya. Kelarutan juga bergantung pada struktur zat, seperti perbandingan gugus polar dan non polar dari suatu molekul. Makin panjang rantai gugus non polar suatu zat, makin sukar zat tersebut larut dalam air.
4.      Pengaruh bentuk dan ukuran partikel
Kelarutan suatu zat akan naik dengan berkurangnya ukuran partikel suatu zat, sesuai dengan persamaan berikut :
Log S/So = 2 v/2,303 RTr
Keterangan :
S = kelarutan dari partikel halus
So = kelarutan zat padat yang ukuran partikelnya lebih besar
r = Tegangan permukaan partikel zat padat
v = volume partikel dalam cm2 per mol
R = jari-jari akhir partikel dalam cm2
T = temperatur absolut
Konfigurasi molekul dan bentuk susunan kristal juga berpengaruh terhadap kelarutan zat. Partikel yang bentuknya tidak simetris lebih mudah larut bila dibandingkan dengan partikel yang bentuknya simetris.
5.      Pengaruh konstanta dielektrik
Kelarutan suatu zat sangat dipengaruhi oleh polaritas pelarut. Pelarut polar mempunyai konstanta dielektrik yang tinggi dapat melarutkan zat-zat non polar sukar larut di dalamnya, begitu pula sebaliknya. Adakalanya suatu zat lebih mudah larut dalam pelarut campuran dibandingkan pelarut tunggalnya. Fenomena ini dikenal dengan istilah co-solvency dan pelarut yang mana dalam bentuk campuran dapat menaikkan kelarutan suatu zat diseut co solvent.
6.      Pengaruh penambahan zat lain
Surfaktan adalah suatu zat yang sering digunakan untuk menaikan kelarutan suatu zat. Molekul surfaktan terdiri atas dua bagian yaitu bagian polar dan non polar apabila didispersikan dalam air pada konsentrasi yang rendah, akan berkumpul pada permukaan dengan mengorientasikan bagian polar ke arah air dan bagian non polar kearah udara, surfaktan mempunyai kecenderungan berasosiasi membentuk agregat yang dikenal sebagai misel. Konsentrasi pada saat misel mulai terbentuk disebut konsentrasi misel kritik (KMK)
(Anonim, 2015)


II.1.3 Pengadukan dan Pencampuran
Pengadukan adalah operasi yang menciptakan terjadinya gerakan didalam bahan yang diaduk. Tujuan dari pada operasi pengadukan terutama adalah terjadinya pencampuran. Pencampuran adalah suatu operasi yang bertujuan untuk mengurangi ketidaksamaan komposisi, suhu, atau sifat yang lain yang terdapat dalam suatu bahan atau bisa juga pencampuran adalah penggabungan dua atau lebih bahan yang berbeda fase, seperti fluida atau padatan halus dan hal ini bertujuan untuk mengacak yang satu terhadap yang lain sehingga terjadi distribusi. Pencampuran dapat menimbulkan gerak didalam bahan itu yang menyebabkan bagian-bagian bahan saling bergerak satu terhadap yang lainnya, sehingga operasi pengadukan hanyalah salah satu cara operasi pencampuran.
Pengadukan zat cair digunakan untuk berbagai maksud bergantung dari tujuan langkah pengolahan itu sendiri. Tujuan pengadukan antara lain :
a)      Untuk membuat suspensi partikel zat padat
b)      Untuk meramu zat cair yang mampu bercampur (miscible), umpamanya metil alkohol dan air.
c)      Untuk menyebarkan (dispersi) gas di dalam zat cair dalam bentuk gelembung-gelembung kecil
d)       Untuk menyebarkan zat cair yang tidak dapat bercampur dengan zat cair yang lain, sehingga dapat membentuk emulsi atau suspensi butiran halus
e)      Untuk mempercepat perpindahan kalor zat cair dengan kumparan atau mentol kalor.
(anonym,2013)

Pencampuran adalah operasi yang menyebabkan tersebarnya secara acak suatu bahan ke bahan yang lain dimana bahan-bahan tersebut terpisah dalam dua fasa atau lebih. 
Pencampuran terjadi pada tiga tingkatan yang berbeda yaitu :
  1. Mekanisme konvektif : pencampuran yang disebabkan aliran cairan secara keseluruhan  (bulk flow).
  2. Eddy diffusion : pencampuran karena adanya gumpalan - gumpalan fluida yang terbentuk dan tercampakan dalam medan aliran.
  3. Diffusion : pencampuran karena gerakan molekuler.
(anonym,2011)

II.1.4  Pola Aliran dalam Tangki Berpengaduk
Jenis aliran didalam bejana yang sedang diaduk bergantung pada jenis impeller, karakteristik fluida, dan ukuran serta perbandingan (proporsi) tangki, sekat, dan agitator. Kecepatan fluida pada setiap titik dalam tangki mempunyai tiga komponen, dan pola aliran keseluruhan didalam tangki itu tergantung pada variasi dari ketiga komponen itu dari satu lokasi ke lokasi lain. Komponen kecepatan yang pertama ialah komponen radial yang bekerja pada arah tegak lurus terhadap poros impeller. Komponen kedua, ialah komponen tangensial, atau rotasional, yang bekerja pada arah singgung terhadap lintasan terhadap lintasan lingkar disekeliling poros.
Dalam keadaan biasa, dimana poros itu vertikal, komponen radial dan tangensial berada dalam satu bidang horizontal, dan komponen longitudinalnya vertikal.
Komponen radial dan komponen longitudinal sangat aktif dalam memberikan aliran yang diperlukan untuk melakukan pencampuran. Bila poros itu vertikal dan terletak persis dipusat tangki, komponen tangensial biasanya kurang menguntungkan. Arus tangensial itu mengikuti suatu lintasan berbentuk lingkaran disekeliling poros, dan menimbulkan voteks pada permukaan zat cair, seperti terlebih dalam gambar. Adanya sirkulasi aliran laminar, cenderung membentuk stratifikasi pada berbagai laisan tanpa adanya aliran longitudinal antara lapisan-lapisan itu.
Pola aliran yang terjadi dalam cairan yang diaduk tergantung pada jenis pengaduk. Karakteristik fluida yang diaduk dan ukuran serta perbandingan ukuran antara tangki, pengaduk dan sekat. Kecepatan partikel fluida disetiap titik dapat diuraikan dalam tiga komponen yaitu:
a)      Komponen radial, bekerja dalam arah tegak lurus terhadap sumbu pengaduk.
b)      Komponen longitudinal, bekerja dalam arah sejajar sumbu.
c)      Komponen tangensial atau rotasional, bekerrja dalam arah garis singgung lintasan melingkar sekeliling sumbu. Aliran tangensial yang mengikuti lintasan melingkar sekeliling sumbu, menimbulkan vorteks dipermukaan cairan. Jika tangki tidak bersekat, maka pengaduk jenis aliran axial maupun radial akan menghasilkan aliran melingkar. Karena pusaran itu terlalu kuat, pola aliran akan sama saja untuk semua jenis pengaduk dan vorteks yang terbentuk akan mencapai pengaduk, sehingga gas diatas permukaan akan terhisap.
Ada tiga cara untuk mencegah pusaran dan vorteks antara lain ;
a)      Pengadukdipasang off center atau miring.
b)      Pada dinding tangki dipasang sekat vertikal.
c)      Pemakaian diffuser ring pada tangki pengaduk jenis turbin.

(Mc Cabe, 1993)


DAFTAR PUSTAKA

Anonim, 2013.Tangki Berpengaduk(http://mhimns.blogspot .co.id /2013 /04/tangki-berpengaduk .html ).diakses pada tanggal 21 Maret 2016 pukul 16.00 WIB
Anonim, 2011. Pengadukan dan Pencampuran” (http://tekimku. blogspot. co.id/ 2011/08/pengadukan-dan-pencampuran.html).Diakses pada tanggal 21 Maret 2016 pukul 17.05 WIB
Anonim, 2015 “kelarutan atau solubility” (http:// Kelarutan atau solubilitas _ Eko Putera Sampoerna.htm) Diakses pada tanggal 21 Maret 2016 pukul 19.00 wib
McCabe, Warren.L. 1993. ”Operasi Teknik Kimia Jilid 1”. Jakarta: Penerbit          Erlangga

Written by

Menulis untuk mengungkapkan kegelisahan, walau apa yang ditulis terkadang bukanlah seperti apa yang dirasakan. Karena apa yang dirasa terkadang enggan untuk diungkapkan

0 komentar:

Posting Komentar

 

© 2013 Coretan Dion. All rights resevered. Designed by Templateism

Back To Top