Kamis, 12 Mei 2016

KOMPLEKSIOMETRI (GRAVIMETRI)

02.24.00

BAB I
PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang

Salah satu dari reaksi-reaksi matematis yang tidak disertai perubahan valensi adalah reaksi pembentukan kompleks. Penetapan kualitatif yang berdasarkan reaksi kompleks disebut kompleksometri. Kompleksometri merupakan jenis titrasi dimana titran dan titrat saling mengompleks, membentuk hasil berupa kompleks. Reaksi-reaksi pembentukan kompleks atau yang menyangkut kompleks banyak sekali dan penerapannya juga banyak, tidak hanya dalam titrasi. Karena itu perlu pengertian yang cukup luas tentang kompleks, sekalipun disini pertama-tama akan diterapkan pada titrasi.
Gravimetri merupakan salah satu bagian dari kimia analitik. Langkah yang dapat ditemui dalam gravimetric adalah pengukuran berat. Analit secara fisik dipisahkan dari semua komponen lainnya dari contoh maupun dari solvennya. Pengendapan merupakan teknik yang secara luas digunakan untuk memisahkan analit dari gangguan – gangguan, cara – cara penting lainnya untuk pemisahan adalah elektrolisa.
            Dalam praktikum ini kami akan membahas tentang cara menganalisa kesadahan total, kesadahan tetap dan kesadahan sementara, cara menganalisa kadar CaO dalam batu kapur (CaCO3), dan cara menentukan kadar Ba2+ dalam sampel dengan Basometri.




I.2 Tujuan Percobaan
1. Menganalisa kesadahan total, kesadahan tetap dan kesadahan sementara
2. Menganalisa kadar CaO dalam batu kapur (CaCO3)
3. Menentukan kadar Ba2+ dalam sampel dengan Basometri
I.3 Manfaat Percobaan
1. Praktikan dapat mengetahui prinsip kerja dari Kompleksiometri dan
Gravimetri
2. Praktikan dapat mengetahui penyebab terjadinya kesadahan total, kesadahan
tetap dan kesadahan sementara
3. Praktikan dapat menentukan kadar suatu zat dengan factor gravimetri


















BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

II.1 Dasar Teori
Analisis gravimetri adalah proses isolasi dan pengukuran berat suatu unsure atau senyawa tertentu. Bagian terbesar dari penentuan secara analisis gravimetric meliputi transformasi unsure atau radikal ke senyawa murni stabil yang dapat segera diubah menjadi bentuk yang dapat ditimbang dengan teliti. Berat unsure dihitung berdasarkan rumus senyawa dan berat atom unsur-unsur yang menyusun nya.
           (Khopkar. 1990)
Suatu metode gravimetric untuk analisis biasanya didasarkan pada suatu reaksi kimia seperti  aA   +   rR à AaRr .Dimana molekul analit a bereaksi dengan r molekul R. produknya, AaRr, biasanya berupa zat yang sangat sedikit dapat larut, yang dapat ditimbang dalam keadaan demikian setelah pengeringan, atau yang dapat dipanggang menjadi senyawa lain yang susunanya diketahui kemudian ditimbang. Misalnya kalsium dapat ditetapkan secara gravimetri dengan pengendapan kalsium okalat dan pemanggangan oksalat itu menjadi kalsium oksida.
Persyaratan berikut haruslah dipenuhi agar metode gravimetri itu berhasil.
1.      Proses pemisahan hendaknya cukup sempurna sehingga kuantitas analit yang tak terendapkan secara analitis tak-dapat dideteksi (biasanya 0,1 mg atau kurang dalam menetapkan penyusun utama dari suatu makro).
2.      Zat yang ditimbang hendaknya mempunyai susunan yang pasti dan hendaknya murni, atau sangat hampir murni. Bila tiak, akan diperoleh hasil yang galat.
Dalam prosedur gravimetri yang lazim, suatu endapan ditimbang dan ari nilai ini bobot analit dalam sampel dihitung. Maka persentase analit A adalah
%A  = 
Untuk menghitung bobot analit dari bobot endapan sering digunakan factor gravimetri. Factor ini didefinisikan sebagai berapa gram analit dalam 1g (atau ekuivalennya 1g) endapan. Perkalian bobot endapan, P, dengan factor gravimetri memberikan banyaknya analit dalam gram dalam sampel.
Bobot A = bobot P  X  factor gravimetri
Maka
            %A  = 
Faktor gravimetri timbul dengan wajar, jika metode mol digunakan untuk memecahkan masalah stokiometri.
(Underwood.1986)
Pengendapan dilakukan sedemikian rupa sehingga memudahkan proses pemisahannya. Aspek yang penting dan perlu diperhatikan pada metode tersebut adalah endapannya mempunyai kelarutan yang kecil sekali dan dapat dipisahkan secara filtrasi. Kedua, sifat fisik endapan sedemikian rupa sehingga mudah dipisahkan dari larutannya dengan filtrasi, dapat dicuci untuk menghilangkan pengotor, ukuran partikelnya cukup besar serta endapan dapat diubah menjadi zat murni dengan komposisi kimia tertentu.
Umumnya pengendapan dilakukan pada larutan yang panas sebab kelarutan bertambah dengan bertambahnya temperatur. Pengendapan dilakukan dalam larutan enceryang ditambahkan pereaksi perlahan-lahan dengan pengadukan yang teratur, partikel yang terbentuk lebih dahulu berperanan sebagai pusat pengendapan.Untuk memperoleh pusat pengendapan yang besar suatu reagen ditambahkan agar kelarutan endapan bertambah besar.
Pemisahan endapan dari larutan tidak selalu menghasilkan zat murni. Kontaminasi endapan oleh zat lain yang larut dalam pelarut disebut kompresipitasi. Hal ini berhubungan dengan adsorbs pada permukaan dan terperangkapnya (oklusi) zat asing selama proses pertumbuhan Kristal dari partikel primernya.
(Khopkar. 1990)
Mengenai adsorpsi permukaan, ini umumnya akan paling besar pada endapan  yang mirip gelatin dan paling sedikit pada endapan dengan sifat makro-kristalin yang menonjol. Endapan dengan kisi-kisi ionic Nampak mengikuti aturan adsobsi paneth-fajan-hahn yang menyatakan bahwa ion yang paling kuat di adsorbs oleh suatu bahan (kisi Kristal) ionik, adalah ion yang membentuk garam yang paling sediki larut.
Disamping air yang hanya melekat pada permukaan, endapan dapat mengandung
a.       Air adsorpsi, yang terdapat pada semua permukaan zat padat dalam jumlah yang bergantung pada kelembaban atmosfer
b.      Air oklusi, yang terdapat dalam larutan padat atau dalam lubang-lubang di dalam Kristal
c.       Air sorpsi, yang terikat pada zat-zat yang memiliki perkembangan permukaan dalam yang luas
Disamping pembebasan air, pemijaran endapan sering menimbulkan temperature penguraian termal, missal penguraian karbonat dan sulfat; temperatur penguraian jelas bersangkutan dengan kestabilan termal.
Dalam praktek, proses pencucucian tidak sebegitu efisien lagi karena zat pengotor tidak hanya terikat secara mekanis pada permukaan. Selain itu, kehilangan karena kelarutan tidaklah sebesar yang kita harapkan dari data keterlarutan, karena larutan pencuci yang mengalir melalui saringan tidak jenuh dengan endapan. Uji-uji kualitatif harus tetap dilakukan atas porsi-porsi filtrat , terhadap beberapa ion asingyang diketahui ada dalam larutan asli, segera setelah uji-uji ini menjadi negatif, pencucian tidak diteryskan lagi.
(Basset.1994)



Written by

Menulis untuk mengungkapkan kegelisahan, walau apa yang ditulis terkadang bukanlah seperti apa yang dirasakan. Karena apa yang dirasa terkadang enggan untuk diungkapkan

0 komentar:

Posting Komentar

 

© 2013 Coretan Dion. All rights resevered. Designed by Templateism

Back To Top